Dua Setengah Tahun


Tak terasa, dua setengah tahun saya menginjakkan kaki di bangku perkuliahan. Ditahun pertama dan kedua saya disibukkan oleh berbagai acara kampus dan pada awal tahun kedua harus menyelesaikan 3 praktikum yang masing-masing hanya 1 sks. 

Di awal tahun kedua memang terasa agak berat, ya selayaknya anak teknik lah. Oleh karena itu saya memutuskan untuk kos, walaupun jarak rumah dan kampus tidak terlalu jauh. Kos mungkin membuat saya lebih mandiri. Semua harus dikerjakan sendiri dan mungkin sedikit bantuan dari teman-teman kos yang lain. Bolak-balik kosan – rumah telah saya jalani selama ± 1.5 tahun. Setiap weekend, saya selalu meluangkan waktu untuk pulang kerumah. Hal ini terpaksa dilakukan karena jika saya tidak pulang maka selama seminggu saya harus berpuasa. Ibu saya tidak mau mentransfer uang lewat atm. Mungkin ini cara beliau agak setiap weekend saya dapat membantu pekerjaan rumah.

Semoga di tahun keempat setengah nanti saya diberikan kelancaran untuk menyelesaikan kuliah. Sehingga dapat meringankan beban orang tua. Aamiin

Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.
Keep our dreams alive, and we will survive. ― Donny Dhirgantoro